RSS

Asal Usul Bahasa Palembang – Dari Siguntang ke Demak

19 Jun

Dipetik dari Blog infokito,

Bahaso Palembang Alus (Halus,red) hampir menyerupai bahasa Jawa, oleh sebab itu banyak orang berasumsi bahwa bahasa Palembang berasal dari Jawa. Namun pada dasarnya tidaklah demikian, bahkan sebaliknya, identitas Palembang sebagai kolaborasi dua kebudayaan Melayu-Jawa terlepas dari sejarah Palembang itu sendiri. 
Menurut sumber sejarah lokal, Kesultanan Palembang muncul melalui proses yang panjang dan berkaitan erat dengan kerajaan-kerajaan besar di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram. Palembang (Melayu/Sriwijaya) pada masa lalu adalah cikal bakal berdirinya kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.

Dalam manuskrip sejarah Palembang diceritakan:
Al kisah tersebutlah dalam satu masa di Bukit Siguntang duduk memerintah seorang raja bernama Raja Sulan yang punya dua putra, Alim dan Mufti. Alim menjadi sultan setelah ayahandanya wafat, sedangkan Mufti menjadi sultan di Gunung Meru.

Setelah Sultan Alim wafat ia digantikan oleh putranya tanpa melalui musyawarah dengan pamannya Sultan Mufti. Karena itu Sultan Mufti bermaksud untuk menurunkan putera Sultan Alim dari kedudukannya sebagai Sultan di Bukit Siguntang.

Mendengar cerita tersebut maka putra Sultan Alim beserta seluruh rakyat dan pasukannya meninggalkan Bukit Siguntang menuju Indragri. Mereka menetap di suatu daerah yang mereka pagari dengan ujung sebagai tempat pertahanan. Kemudian tempat tersebut bernama Pagaruyung (Padang, Sumatera Barat).

Setelah Sultan Mutfi wafat, ia digantikan oleh puteranya dengan pusat pemerintah di Lebar Daun bergelar Demang Lebar Daun hingga tujuh turun lebih. Demang Lebar Daun ini mempunyai seorang saudara kandung bergelar Raja Bungsu.

Kemudian Raja Bungsu tersebut hijrah ke tanah Jawa, di negeri Majapahit, bergelar Prabu Anom Wijaya atau Prabu Wijaya/Brawijaya sampai tujuh turun pula. Brawijaya yang terakhir memiliki putera bernama Aria Damar atau Aria Dilah dikirim ke tanah asal nenek moyangnya yaitu Palembang, ia dinikahkan dengan keturunan Demang Lebar Daun dan diangkat menjadi raja (1445-1486).

Ia juga mendapat kiriman seorang putri Cina yang sedang hamil, yakni isteri ayahnya yang diamanatkan kepadanya untuk mengasuh dan merawatnya. Sang puteri ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Fatah atau bergelar Panembahan Palembang, yang kemudian menjadi raja pertama di Demak.

Pada saat Raden Fatah menjadi raja Demak (1478-1518), ia berhasil memperbesar kekuasaannya dan menjadikan Demak kerajaan Islam pertama di Jawa. Akan tetapi kerajaan Demak tidak mampu bertahan lama karena terjadinya perang saudara, Setelah kerajaan Demak mengalami kemunduran, muncullah Kesultanan Pajang.

Penyerangan Kesultanan Pajang ke Demak mengakibatkan sejumlah bangsawan Demak melarikan diri ke Palembang. Rombongan dari Demak yang berjumlah 80 orang dikepalai oleh Ki Sedo Ing Lautan (1547-1552) menetap di Palembang Lama (1 Ilir) yang saat itu Palembang di bawah pimpinan Dipati Karang Widura, keturunan Demang Lebar Daun. Mereka mendirikan istana Kuto Gawang dan masjid di Candi Laras (PUSRI sekarang).

Pengganti Pangeran Sedo Ing Lautan adalah anaknya, Ki Gede Ing Suro (1552-1573), setelah wafat diganti oleh Kemas Anom Adipati/Ki Gede Ing Suro Mudo (1573-1590). Kemudian diganti saudaranya Sultan Jamuluddin Mangkurat II Madi Alit (1629-1630), kemudian Sultan Jamaluddin Mangkurat III Sedo Ing Puro (1630-1639), Sultan Jamaluddin Mangkurat IV Sedo Ing Kenayan (1639-1950), Sultan Jamaluddin Mangkurat V Sedo Ing Peserean (1651-1652), Sultan Jamaluddin Mangkurat VI Sedo Ing Rejek (1652-1659), Sultan Jamaluddin VII Susuhunan Abdurrahman Candi Walang (1659-1706), Sultan Muhammad Mansur (1706-1714), Sultan Agung Komaruddin (1714-1724), Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757), dst.

Pada abad ke 16 di Palembang mulai terbentuk dan tumbuh suatu pemerintahan yang bercorak Islam. Pangeran Aria Kesumo (Kemas Hindi) pada tahun 1666 memproklamirkan Palembang menjadi negara Kesultanan beliau bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam berkuasa tahun 1659-1706.

Dengan demikian Islam telah menjadi agama di Kesultanan Palembang Darussalam dan pelaksanaan hukum Islam berdasarkan ketentuan resmi hingga berakhirnya Kesultanan Palembang pada tahun 1823.

Dengan demikian jelaslah bahwa sejarah melayu Palembang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh budaya Jawa, yang paling tidak masih dapat kita lihat seperti sekarang ini antara lain: Rumah Limas, Pakaian Adat, dan Bahasa.

Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab (Arab-Melayu) atau tulusan Arab berbahasa Melayu (Arab Gundul/Pegon).***infokito/ahf

Bebaso baiknya dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari sebab di dalamnya terdapat norma, adab dan sopan santun. Penyampaiannya sopan dan halus, nada suaranya tidak tinggi, lambat, serta dengan sikap merendah.

Contoh Bahasa Palembang Pasaran (P) dan Bebaso (B):
P: Mang Cek, Aku ni nak betanyo, di manola ruma Cek Awang?
B: Mang Cek, Kulo niki ayun betaken, di pundila rompok Cek Awang?
(Paman, saya ini mau bertanya, dimanakah rumah Pak Awang?)

P: O, idak jao, parak ruma aku. Itula ruma Cek Awang.
B: O, nano tebe, pangge rompok kulo. Nikula rompok CekAwang.
(O, tidak jauh, dekat rumah saya. Di situlah rumah Pak Awang).

***disadur dari sebuah tulisan Kms H Andi Syarifuddin, SAg di harian Sripo***

 
13 Komentar

Ditulis oleh pada 19 Juni 2010 inci Informasi Penting, Kumpulan Artikel, Sejarah, Umum

 

Tag: , ,

13 responses to “Asal Usul Bahasa Palembang – Dari Siguntang ke Demak

  1. tri heri

    24 November 2010 at 1:51 am

    MANTAP Bos…sayangnya istri saya gak bisa palembang bebaso padahal saya pk bhs jawa halus hehehehe….dia pk bhs palembang pasar maklum baturaja asli

     
  2. bagong

    30 November 2010 at 9:15 pm

    Tapi aku ga yakin ya informasi ini…yang ku yakin ya….palembang sama jawa beda, tipikal wajahnya juga beda, kalau memang orang jawa aslinya dari palembang atau sebaliknya, mestinya wajahnya mirip2, orang palembang lebih mirip Cina, sipit2 dan putih2 serta kasar2, sedang orang jawa halus2…mungkin kemiripan bahasa karena masalah dalam perdagangan antar bangsa

     
  3. Raid

    30 November 2010 at 9:44 pm

    Kayaknya kurang ilmiah neh :kalimat ” Menurut sumber sejarah lokal ” dan kalimat
    ” Dalam manuskrip sejarah Palembang diceritakan ” : Mungkin lebih ilmiah kalau : MENURUT PRASASTI….ATAU SURAT….ATAU BUKTI SEJARAH……maaf bukannya menggurui cara anda menulis..tapi memang bukan catatan ilmiah..ya saya maklum. tapi kalau mau lebih elegan dan ilmiah sehingga dapat dipercaya mungkin dengan “BUKTI2 SEJARAH” seperti prasasti dll

     
  4. mahesa wiradjaya

    19 April 2011 at 11:33 pm

    : sebenarnya sejarahnya bukan begitu.. sedikit terbalik. saya tdk akan membantah penjabaran diatas, tp juga tdk sepakat. Kita orang2 jaman skrg sebaiknya tidak berdebat soal ini, krn kita tidak tahu pasti yg sebenarnya. Banyak data dan manuskrip kuno yg tdk relevan dgn bukti2 lain yg berkaitan. Sebaiknya kita menerima saja keberagaman budaya indonesia yg begitu kaya akibat perdagangan jaman dulu dan perang saudara di masa kerajaan2. Syukuri nikmat keberagaman kita, Maju terus Indonesiaku. Satu Nusa Satu bangsa. 🙂

     
  5. ardhiansyah

    27 Mei 2011 at 3:43 pm

    siap pak.. silahkan mengungkapkan argumennya dengan detail literatur yang dimiliki..
    nsya allah akan kami upload ke kolom artikel..

     
  6. Diandri Kusumah

    5 Mei 2014 at 11:08 am

    Alhamdulillah.. Back to future dengan mempertahankan budaya asli daerah (y)

     
  7. ANAK PALEMBANG

    16 Agustus 2015 at 8:48 pm

    ini sepertinya manuskrip sejarah lokal palembang sama dengan babad dan serat dijawa atau tambo diminang. kalau bicara prasasti agaknya kita tarik jauh kebelakang zaman sriwijaya palembang dengan dinasti selendranya yang menjadi raja raja jawa hingga sekarang ini. ingat ketika ekspansi sriwijaya ketanah jawa dan prasasti prasati dinasti selendra dijawa itu dikeluarkan dengan berbahasa melayu palembang. sebut saja
    1. prasasti sejomerto batang jawa tengah
    2 .Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah,
    3. Prasasti Dewa Drabya, Dieng, Jawa Tengah,
    4. Prasasti Gandasuli I Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832,
    5. Prasasti Gandasuli II, Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832, .
    6. Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
    7. Prasasti Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M,
    dan

     
  8. Kiagus yasin

    1 Januari 2017 at 9:06 pm

    Cubo bebaso plembang tu diidupke lagi bia bebaso aslinyo wong kito tu dado ilang..mokasih

     
  9. ilham

    21 April 2017 at 12:53 pm

    kok dari ceritanya ada yang canggung ya. alim mufti itu nama muslim.. tapi sampai beberapa turunan mmiliki keturunan yg migrasi dan menjadi raja majapahit yg jelas2 kerajaan hindu.
    bukannya masa kerajaan di indonesia lebih lama sebelum adanya masa kesultanan.

    wallahu a’lam bisshowab.

     
  10. jayasriwijaya

    4 Mei 2017 at 2:39 am

    buat saudara ilham anda tidak paham tentang budaya suatu daerah. istilah /nama sultan mufti dan alim adalah penyebutan orang orang palembang untuk raja bukit siguntang palembang yang diantara keturunanya menjadi raja majapahit/jawa. adapun nama aslinya bukan sultan mufti dan alim . sama dengan istilah nama damarwulan dalam sejarah majapahit tak ada nama damarwulan. tapi sosok damarwulan itu ada dalam sejarah yang tak lain adalah prameswara ratna pangkaja yakni suami ratu suhita ratu majapahit. prameswara ratna pangkaja ini bukan prameswara pendiri malaka. prameswara pendiri malaka adalah prameswara sang utama raja singapura . mereka itu orang yang berbeda . walsu mereka semua masih keturunan palembang semua . prameswara ratna pangkaja /damarwulan suami ratu suhita. ptameswara sangvutama bukan suami ratu suhita.
    kembali ke istilah nama dultan mufti dan sultan alim dari bukit siguntang palembang itu istilah orang palembang yang sudah islsm semua tentu dimbol simbol islam sedikit banyak ajan dibawa. sama dengan minang mereja jufa menyebut sultan alif dan dipang dalam tambo minang padahal waktu jaman adityawarman saja islam belum ada diminang kabaw.
    dan perlu diketahui dalam pakta sejarah palembang sudah lama kenjalin hubungan dengan orang arab. banyak orang muslim arab yang menyiarkan islam sambil berdagang di kerajaan sriwijaya bahkan rajakedua sriwijaya yakitu sri indrawarman beragama islam pernah betkirim surat dengan umar bin abdul aziz. bahkan dakam satu versi dapuntahyang jaya nasa diakhir hayatnya memeluk islam.
    wallahua’lam

     
  11. dapunta septian

    29 Desember 2017 at 3:21 am

    maaf sebelumnya saya hanya menduga saja kemungkinan logat o bahasa jawa saat ini justru terpengaruh dari bahasa melayu tua bukan karena palembang terpengaruh jawa’ karena logat o bukan hanya dipalembang saja melainkan ada di jambi bengkulu padang dan lampung itu terlalu luas untuk pengaruh jawa justru kosakata bahasa jawa saat ini banyak terpengaruh dari bahasa melayu sumatera kuno lagipula yang menyebarkan unsur melayu di jawa adalah dari dinasti syailendra yang notabene orang sumatera lihat saja prasasti peninggalan dinasti syailendra yang rata rata semuanya menggunakan bahasa melayu kuno bukan bahasa jawa kuno dengan demikian dapat dikatakan bahasa palembang adalah bahasa asli palembang bukan terpengaruh bahasa jawa

     
  12. dapunta septian

    29 Desember 2017 at 3:34 am

    kecuali bahasa palembang halus itu dikarenakan pendahulu kerajaan palembang semuanya lahir dijawa sehingga untuk sesama keluarga didalam keraton mereka menggunakan bahasa jawa karena mereka sebelumnya sudah terbiasa berbahasa jawa yang akhirnya turun temurun keluarga mereka menggunakan bahasa jawa yang tercampur aduk dengan bahasa palembang asli sehingga akhirnya terciptalah istilah bahasa palembang halus jika bahasa palembang halus adalah bahasa asli palembang tentulah sampai saat ini seluruh masyarakat palembang masih fasih menggunakannya bukan malahan hampir punah karena yang jelas bahasa palembang asli adalah bahasa palembang sariari yang berakar pada bahasa melayu

     
  13. dapunta septian

    18 Maret 2018 at 12:57 am

    (palembang adalah palembang
    bukan jawa) ingat ini adalah kalimat yang diucapkan kemas hindi
    orang jawa baru menetap dengan suku palembang hanya disaat masa palembang darussalam dan dizaman transmigrasi selain itu suku jawa di palembang juga tetap mempertahankan identitas kejawaan mereka dari pada harus melebur dengan palembang lagipula raja raja kerajaan palembang awal seperti ki gede ing suro dll tidak lain adalah keturunan palembang yang lahir dijawa lalu kembali ke kampung nenek moyang mereka ingat permusuhan antara palembang(masa sriwijaya) dan jawa mencapai sampai seribu tahun lebih contoh seperti parameswara pangeran sriwijaya terakhir yang tidak mau tunduk pada majapahit (jawa) saja sampai melarikan diri ke tumasik daripada harus tunduk kepada jawa karena itu tidak tepat jika mengatakan bahwa suku palembang adalah hasil peleburan dari pendatang jawa sebab pendatang jawa yang datang kepalembang dan membuat kerajaan palembang itu adalah orang orang palembang yang terlahir dibumi jawa sehingga pengaruh jawa pada diri mereka sangat kuat karena mereka sebelumnya sudah terbiasa berbicara dengan bahasa jawa pengaruh jawa inilah yang menyebabkan kerajaan palembang sangat dipengaruhi unsur jawa sehingga orang orang awam mengatakan bahwa kerajaan palembang itu dibentuk oleh oleh orang jawa dan hal itu adalah salah besar lagipula tipikal dan fisik karakter suku palembang sangat berbeda dengan suku jawa sebab sudah disimpulkan oleh para ahli bahwa dna suku palembang itu terdiri sebagai berikut
    70% austronesia
    15% austroasiatic
    7/10% hmong mien(dari dataran china selatan dan vietnam utara)
    sehingga wajar jika karakteristik suku palembang hampir mirip dengan orang orang dari cina jikapun ada yg berkulit hitam ciri khas mirip cina mereka masih terlihat
    sebab orang palembang itu terbentuk oleh hasil peleburan suku melayu cina dan arab ini baru valid.

     

Tinggalkan komentar